Pertempuran Medan Area Kobarkan Semangat Juang Pemuda Indonesia di Sumut

Pertempuran Medan Area

Topmetro.News – Pertempuran Medan Area ini merupakan pertempuran yang terjadi setelah proklamasi kemerdekaan RI 1945 di Sumatera Utara. Sebelumnya rakyat Sumatera Utara baru mengetahui kemerdekaan RI 27 Agustus 1945. kabar itu dibawa Mr Teuku Muhammad Hasan yang langsung ditunjuk Bung Karno sebagai Gubernur Sumatera.

Pertempuran Medan Area2

Tragedi Lencana Merah Putih di Jalan Bali

Pertempuran Medan area diawali dengan kedatangan pasukan Sekutu pada 9 Oktober 1945 di Sumatra Utara. Pasukan tersebut dipimpin oleh Brigadir Jenderal T. E. D Kelly. Sekutu membawa satu brigade, yaitu Brigade 4 dari Divisi India ke-26. Kedatangan brigade tersebut turut dibocengi oleh orang-orang Netherlands Indies Civil Administration (NICA) yang diam-diam dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan Indonesia.

Awalnya pemerintah RI di Sumatra Utara memperkenankan mereka menempati beberapa hotel di kota Medan, seperti Hotel de Boer, Grand Hotel, Hotel Astoria dan sebagainya.

Pejabat Sumatra Utara tidak mengetahui tujuan mereka sebenarnya, melainkan semata-mata ingin membantu tugas mereka untuk mengurus tawanan perang yang ditahan Jepang.

Sebagian anggota Sekutu dan NICA kemudian ditempatkan di Binjai, Tanjung Morawa, dan beberapa tempat lainnya dengan memasang tenda-tenda lapangan. Sehari setelah mendarat di Medan, tim dari Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI) telah mendatangi kamp-kamp tawanan di Pulau Berayan, Sientis, Rantauprapat, Pematangsiantar dan Berastagi untuk membantu membebaskan tawanan dan dikirim ke Medan atas persetujuan Gubernur M. Hassan.

Pertempuran Medan Area3

Dipersenjatai Jadi Batalyon KNIL

Tanpa disangka, para tawanan perang itu justru langsung dibentuk dan dipersenjatai menjadi batalyon KNIL. Perubahan sikap para bekas tawananpun langsung terlihat. Mereka menjadi congkak karena merasa sebagai pemenang dalam Perang Dunia II. Akibat dari tindakannya tersebut ternyata memancing berbagai insiden.

Insiden pertama terjadi tanggal 13 Oktober 1945 di Jalan Bali, Medan. Insiden diawali ulah seorang Belanda penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih. Akibatnya ratusan pemuda. dengan berbagai senjata seperti parang, pisau, bambu runcing serta beberapa senjata api melakukan penyerangan dan pengrusakan terhadap hotel tersebut.

Dalam peristiwa itu seorang Opsir bernama Letnan Goenberg meninggal dan 7 serdadu NICA lainnya juga meninggal, beberapa orang warganegara Swiss terluka dan beberapa orang lainnya juga meninggal dengan luka parah. 96 tentara NICA luka parah termasuk 1 warga sipil dan 3 wanita. Dari pihak Indonesia meninggal 1 orang.

Pertempuran Medan Area4

Pembentukan TKR Sumatera Timur

Insiden tersebut kemudian menjalar ke beberapa kota lainnya seperti Pematang Siantar dan Brastagi. Sementara itu, pada tanggal 10 Oktober 1945 dibentuk TKR Sumatra Timur yang dipimpin oleh Achmad Tahir. Setelah dibentuk kemudian diadakan pemanggilan terhadap bekas Heiho di seluruh Sumatra Timur.

Pemanggilan itu mendapat sambutan baik dari mereka, sehingga di samping TKR juga terdapat organisasi perjuangan lainnya, yaitu Pemuda Republik Indonesia Sumatra Timur yang kemudian menjadi Pesindo.

Setelah keluarnya Maklumat Pemerintah tentang berdirinya partai-partai politik pada bulan November 1945, di Sumatra Timur terbentuk laskar partai. PNI memiliki laskar Nasional Pelopor Indonesia (Napindo), Masyumi mempunyai laskar Ilizbuilah, dan Parkindo membentuk Pemuda Parkindo.

Peristiwa Jalan Bali itu segera tersiar ke seluruh pelosok kota Medan, bahkan ke seluruh daerah Sumatera Utara dan menjadi sinyal bagi kebanyakan pemuda, bahwa perjuangan menegakkan proklamasi telah dimulai Akibatnya semangat anti Belanda di seluruh Sumatera bergelora dengan cepat.

Pertempuran Medan Area5

Penyerangan Gudang Perbekalan Jepang

Diantara pemuda yang sangat anti Belanda tersebut adalah Bedjo, yang merupakan salah seorang pemimpin laskar rakyat di Pulo Brayan. Bedjo bersama pasukannya pada tanggal 16 Okto­ber 1945, menyerang gudang senjata Jepang di Pulo Brayan untuk memperkuat persenjataan. Serangan tersebut dilakukan pada tengah hari setelah sehari sebelumnya terjadi peristiwa Siantar Hotel.

Setelah melakukan serangan terhadap gudang perbekalan tentara Jepang, Bedjo dan pasukannya kemudian menyerang Markas Tentara Belanda di Glugur Hong dan Halvetia, Pulo Brayan. Dalam pertempuran yang berlangsung di malam hari tersebut pasukan Bedjo berhasil menewaskan 5 orang serdadu KNIL.

Serangan yang dilakukan oleh para pemuda di Jalan Bali dan Bedjo itu telah membuat terkejut pihak Sekutu (Inggris). Akhirnya mereka mulai sadar bahwa para pemuda Republik Indonesia telah memiliki persenjataan dan semangat juang kemerdekaan yang tinggi.

Pertempuran Medan Area6

Ultimatum Pertama

Setelah peristiwa tersebut, pada tanggal 18 Oktober 1945 Kolonel T.E.D Kelly mengeluarkan ultimatum yang menyatakan bahwa bangsa Indonesia dilarang keras membawa senjata, termasuk senjata tajam, seperti pedang, tombak, keris, rencong dan sebagainya. Senjata-senjata itu harus diserahkan kepada tentara sekutu.

Kemudian kepada para komandan pasukan jepang diperintahkan untuk tidak menyerahkan senjatanya kepada TKR dan Laskar rakyat dan harus meny­erahkan semua daftar senjata api yang dimilikinya kepada Sekutu. Selanjutnya pada tanggal 23 Oktober 1945 tentara sekutu melakukan pemeriksaan ke beberapa rumah yang dicurigai memiliki senjata dan dalam pemeriksaan itu mereka berhasil merampas beberapa senjata, granat tangan dan bom serta senjata tradisional lainnya.

Pertempuran Medan Area7

Membuat Perbatasan Tetap Area Medan

1 Desember 1945 tentara sekutu membuat papan pengumuman disetiap sudut bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area atau Perbatasan Tetap Area Medan. Sehingga perang ini nantinya disebut Pertempuran Medan Area. Akibat tindakannya tersebut, pada tanggal 2 Desember 1945 pemuda TKR melakukan penyerangan terhadap dua orang serdadu Inggris dan menewaskan keduanya saat sedang mencuci truknya di Sungai dekat Kampung Sungai Sengkol.

Kemudian 4 Desember 1945 seorang serdadu Inggris juga tewas dibunuh pemuda TKR di daerah Sientis. Akibat serangan tersebut pasukan Inggris marah, lalu 6 Desember 1945 pasukan Inggris menyerang bioskop orange di daerah Medan.

Namun para pemuda pejuang tidak tinggal diam. Mereka mengepung gedung bioskop tersebut dan akhirnya terjadilah pertempuran kecil yang akhirnya menewaskan seorang perwira Inggris. Setelah kejadian tersebut tidak beberapa lama, tentara Inggris menyerang markas pesindo di Jalan Istana dan mengobrak-abrik serta mengusir para penghuninya.

Kemudian 7 sampai 9 Desember 1945 markas tentara sekutu atau NICA diserang pemuda TKR. Akibat serangan tersebut, Tentara Sekutu atau NICA pun menyerang markas pemuda TKR di Deli Tua 10 Desember 1945.

Ultimatum Kedua

Setelah beberapa kali melakukan serangan, lalu pada Tanggal 13 Desember 1945 Jenderal T.E.D Kelly mengeluarkan ultimatum kedua. Dalam Ultimatumnya tersebut dikatakan, Bangsa Indonesia dilarang untuk membawa senjata di dalam daerah Medan atau 8.5 km sekitar Medan. Bagi yang membantah akan di tembak mati.

Setelah keluarnya ultimatum kedua. Tentara Sekutu dengan aktif melakukan razia akan tetapi tindakanya tersebut selalu mendapatkan serangan balik dari pemuda Indonesia. Dengan adanya saling serang, kondisi Medan menjadi tidak kondusif.

Setelah ultimatum kedua pertempuran terus berlanjut sampai bulan April 1946 dan mengakibatkan kerusakan parah. Hal ini mamicu basis perjuangan dan pusat pemerintahan sementara di pindahkan ke Pematang Siantar.

Dengan pemindahan pusat pemerintahan ini, tentara sekutu gencar melakukan serangan ke daerah yang ditinggal oleh TKR. Serangan ini mengakibatkan penduduk lokal tidak jarang ikut menjadi korban. Akibatnya penduduk memilih mengungsi ke luar kota seperti ke Tanjung Morawa sampai ke Medan Selatan di Kota Matsum.

Membentuk Komando Gabungan

Karena serangan yang tidak terkordinir maka pada bulan Agustus 1946 seluruh pemuda dibawah Napindo dari PNI, Pesindo, Barisan Merah dari PKI, Hisbullah dari Masyumi, dan Pemuda Parkindo membentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area (K.R.L.R.M.A.). Kapten Nip Karim dan Marzuki Lubis dipilih sebagai Komandan dan Kepala Staf Umum.

Di tempat lain demi mengamankan sumber vital di Sumatera, Belanda yang menginginkan menguasai kembali Indonesia bergerak. Pada awal bulan oktober satu batalion pasukan bersen­jata dari negeri Belanda mendarat di Medan. Beberapa hari kemudian diikuti dengan satu batalion KNIL dari Jawa Barat.

Terbentuknya Resimen Laskar Rakyat

Pada tanggal 19 Agustus 1946. Para pemuda di Kabanjahe membentuk Barisan Pemuda Indonesia atau BPI. Pembentukan ini didasari oleh keinginan pemuda Kabanjahe untuk membebaskan medan. BPI kemudian dipimpin oleh Matang Sitepu dan berganti nama menjadi Komando Resimen Laskar Rakyat daerah Tanah Karo.

Sebagai ketua umum, Matang sitempu dibantu oleh Tama Ginting, Payung Bangun, Selamat Ginting, Rakutta Sembiring, RM Pandia, N.V Mas Persada Koran Karo0karo dan Keterangan Sebayang. Beberapa waktu kemudian bekas pasukan pembantu jepang Gyugun atau Heiho ikut bergabung ke komando ini. Yang menyatakan kesiapanya adalah Djamin Ginting, Nelan Sembiring dan Bom Ginting

Persiapan Serangan Bersama

Untuk melanjutkan perjuangan membebaskan Medan dari kependudukan tentara sekutu dan NICA. Tentara gabungan melakukan kordinasi bersama. Hal ini dilakukan mengingat serangan yang tidak terkordinasi mengakibatkan kerusakan yang tidak membuat sekutu dan NICA, angkat kaki dari Medan. Maka dilakukanlah olah strategi penyerangan pada tanggal 10 oktober 1946.

Sasaran penyerangan ada di tiga titik area :

1. Pertama, yang akan direbut adalah Medan Timur yang meliputi Kampung Sukarame di daerah Sungai Kerah. Penyerbuan didaerah ini dikomandoi Bahar dan resimen lascar rakyat. Batalion ini akan menduduki Pasar Tiga di Kampung Sukarame.

2. Daerah kedua adalah Medan Barat yang meiputi Padang Bulan, Petisah, dan Jalan Pringgan. Penugasannya dilakukan oleh batalion B yang terdiri dari resimen lascar rakyat dan pasukan Ilyas Malik yang akan bergerak menduduki Jalan pringgan, Kuburan Cina dan Jalan.

3. Serangan ketiga akan dilakukan di Medan Selatan yang serangannya terpusat di kota Matsum. Serangan di daerah kota Matsum dilakukan oleh Batalion 2. Batalion 2 bergerak menduduki Jalan Mahkamah dan jalan Utama Medan. Rencana serangan pada tanggal 27 Oktober 1946 tepat pada pukul 8 Malam dengan rute sepanjang Jalan Medan-Belawan.

Akhir Pertempuran

15 Februari 1947 tepat jam 12 malam. Komite Teknik Gencatan Senjata akan melakukan perundingan untuk mengakhiri pertempuran Medan Area. Baru 10 maret 1947 ditentukanlah batasan untuk melingkari kota Medan dan Belawan untuk menentukan daerah yang dimiliki oleh Pihak sekutu dan NICA dan daerah kependudukan TKR.

Batasan ini mencapai 8.5 km. Setelah terdapat kesepakatan, pada tanggal 14 Maret 1947 dimulailah pemasangan patok batasan tersebut. Namun masih sering terjadi pertikaian antara pihak Indonesia dan pihak Belanda mengenai patokan batas daerah. Empat bulan kemudian pertempuran ini dinyatakan berakhir. Belanda pun melakukan serangan Agresi Militer belanda I sesudah pertempuran ini berakhir.

Reporter | Herryansyah

dikutip dari berbagai sumber

Related posts

Leave a Comment